Kisah Heroik Dibalik Monumen Mastrip Jember yang Terlupakan


Pendahuluan

Semenjak kedatangan kembali pasukan Belanda ke Jember pada Tahun 1947 membuat para anggota TRIP menyiapkan pasukannya dan bersiap menghadang pasukan Belanda dari arah Bondowoso. TRIP sendiri terdiri para pelajar yang masih duduk dibangku sekolah tetapi ikut memperjuangkan kemerdekaan. Berdirinya monumen mastrip sebagai bukti sejarah pahlawan yang rela berjuang dan gugur untuk kemerdekaan.

Di Jember terdapat Jalan Mastrip yang memiliki kisah unik dan berada di daerah perkotaan. Jalan Matrip berjarak 1,2 km dengan Kantor DPRD Kabupaten Jember dari arah Selatan. Beberapa pertokoan berdiri disepanjang kanan kiri Jalan Mastrip. Pemaknaan jalan berakar dari pembentukan sejarah suatu tempat yaitu berdirinya Monumen Jember untuk mengenang akan pertempuran yang dilakukan oleh pasukan TRIP Batalyon 4000 saat Agresi Militer I tahun 1947.

Toponimi Jember
Jember merupakan sebuah wilayah yang terletak di jawa timur. Kota Jember terbentuk pada 1 Januari 1929. Kabupaten Jember dibentuk pada masa hindia Belanda berdasarkan Staatsbland nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928. Ada beberapa pendapatan tentang asal muasal kata "Jember" . Nama Jember memang masih belum diketahui secara pasti fakta sejarahnya. Namun, terdapat beberapa pendapat dan versi yang berkaitan dengan asal-usul nama Jember. Dalam Kajian Toponimi Kabupaten Jember tahun 2015, Jember berasal dari kata “Jembrek” alias basah atau becek. Hal ini mengacu pada kondisi geografis yang memiliki iklim tropis, air yang melimpah, dan tanah yang gembur. Selain itu ada yang mengatakan nama Jember berasal dari gabungan kata “Jembhar” bahasa Madura dan “Jembar” bahasa Jawa. Kedua kata tersebut memiliki arti yang sama, yakni sebuah tempat yang luas[ Dina Rahmawati, Legenda Jember dan Budaya Pendalungan (Detik Jatim, 2022)

Pengertian kata Jember merupakan tarik menarik antara budaya Jawa dan budaya Madura yang kedua komunitas ini dominan di wilayah Kabupaten Jember. Pada masa kolonial Jember mendapat banyak perhatian dari Belanda karena letaknya yang strategis secara geografis terkait dengan pengembangan bisnis ekonomi, terutama bagi investor perusahaan perkebunan. Lokasinya berada di antara tempat-tempat potensial yang dikembangkan menjadi kawasan perkebunan sebagai sumber pendapatan bagi Belanda.
download.jpg
Figur 1. Peta Jember Sumber: Perpusnas (2016)
Perjuangan Tentara Republik Indonesia Pelajar di Jember
Berdirinya tugu mastrip tidaklah terpisah dari perjuangan para tentara pelajar. Pada 14 Agustus 1945 saat Jepang kalah perang dan menyerah tanpa syarat kepada sekutu tentara Jepang masih menjalankan kekuatan militernya di Indonesia dan enggan menyerahkan kekuasaannnya pada pemerintah Indonesia. Dari sini para pemuda pelajar terdorong untuk merealisasi pemindahan kekuasaan secara fisik. Begitupun para pelajar di wilayah Jawa Timur menyadari perlunya untuk membentuk kesatuan perjuangan yang tergabung dalam BKR pelajar. Kesatuan BKR pelajar berkembang menjadi TKR pelajar, dan berkembang lagi menjadi Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) Jawa Timur. Mereka disejajarkan dengan TNI atau Tentara Nasional Indonesia dan saling bekerja sama dan bahu-membahu dalam pelbagai front pertempuran menghadapi tentara dari kaum penjajah.

Kedatangan kaum penjajah yang ingin memulihkan kekuasaannya di Indonesia pasca kemerdekaan membuat para pelajar-pelajar tersebut berjuang bersama seluruh lapisan pejuang sebangsa dan setanah air di Indonesia untuk mengangkat senjata menghadapi para penjajah yang mengancam kedaulatan Indonesia. Setelah terselenggaranya rapat IPI di Jawa timur pada tahun 1946 terbentuklah sebuah organisasi yang anggotanya terdiri dari para pelajar yang dapat dikatakan usianya masih sangat muda yaitu antara umur 12-20 tahun. Organisasi tersebut bernama Tentara Republik Indonesia Pelajar Jember yang menjadi bagian dari Batalyon TRIP 4000 daerah karesidenan Besuki. Di dalam perang kemerdekaan Indonesia para pemuda pelajar Indonesia yang masih duduk di bangku Sekolah Lanjutan Pertama (SMP), Sekolah Lanjutan Atas (SMA), dan mungkin ada sebagian yang menjadi mahasiswa turut aktif dalam perjuangan dan peperangan melawan tentara Belanda untuk menegakkan, membela, dan mepertahankan kemerdekaan tanah airnya. Hal ini sungguh sangat mengagumkan dan hanya ada di Indonesia. Mereka secara secara resmi diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai tentara resmi pemerintah Republik Indonesia. (Dumadi, 1989: 3-5)

Kegiatan anggota TRIP selain ikut berperang yaitu belajar karena notabenenya memang masih seorang pelajar yang menuntut ilmu di lingkup pendidikan dan melakukan latihan dasar militer setelah sekolah usai yaitu pada sore hari. Hal ini mendapat dukungan dari para orang tua dan pendidik bilamana suatu saat dipanggil untuk siap siaga berperang. Ikut berpartisipasi dalam mempertahankan kemerdekaan merupakan wujud dari cinta tanah air yang digambarkan pada semangat nasionalisme tentara pelajar. Perjuangan TRIP Jember melawan Agresi Militer Belanda 1 di Jember terlihat melalui gerilya penyergapan dan serangan teroris serta sebagai kurir surat-surat yang dikirimkan TNI kepada TRIP begitupun sebaliknya.

Kedatangan Belanda ke Jember pada tahun 1947 membuat para anggota TRIP menyiapkan pasukannya dan bersiap menghadang pasukan Belanda dari arah Bondowoso. Akan tetapi kegagalan menyelimuti TRIP Jember sehingga pasukan Belanda berhasil masuk kembali ke wilayah Jember. Penyebab kegagalan antara lain kurangnya anggota dan perlengkapan senjata. Untuk itu TRIP Jember bergabung dengan TRIP Bondowoso dan TRIP Situbondo. Gabungan pasukan TRIP ini menggunakan nama samaran dengan menyebutnya sebagai Kukuk Beluk Hitam dan menyebar ke daerah pedalaman dengan melakukan penghadangan dan pengepungan markas pasukan Belanda dan menetap dengan mendirikan markas kedua diwilayah tersebut.[ Alfiyandanu, “Perjuangan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) Jember Dalam Perang Kemerdekaan Tahun 1946-1948”. S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember,2019, hal.46] Pendirian markas kedua tersebut berada di Desa Panduman Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember tempat berdirinya tugu mastrip sekarang. Dibalik itu terdapat cerita heroik dari bangunan tugu tersebut. Dulunya pada bulan Agustus 1947 TRIP melakukan penghadangan terhadap pasukan Belanda di Desa Panduman tersebut sebab di lokasi tersebut secara geografis sangat strategis karena wilayah tersebut berada pada dataran tinggi dan banyak bukit-bukit sehingga mudah untuk melakukan pengintaian. Selain itu satu-satunya jalan dari Bondowoso menuju Jember.

Perjuangan yang dilakukan TRIP Kukuk Beluk Hitam di Jelbuk yaitu melakukan penghadangan terhadap datasemen Belanda yang dihuni oleh 60 pasukan Belanda dan serangan terhadap konvoi Pasukan Belanda dengan bantuan warga sekitar.[ Ibid., hal.47] Serangan yang dilancarkan menggunakan senjata ringan dengan seadanya seperti senapan. Strategi yang digunakan dalam serangan tersebut menggunakan pelemparan granat tangan dan tembakan senapan mesin, sehingga pasukan Belanda tidak terima dan terjadilah aksi tembak menembak dan penghadangan pertama tidak ada korban satupun tetapi di serangan selanjutnya terdapat beberapa pahlawan yang gugur dan pertempuran berakhir karena TRIP Kukuk Beluk Hitam diperintahkan mundur ke pangkalan.

Monumen Mastrip dibangun pada tahun 1965 oleh AMD Marinir di Desa Panduman Kecamatan Jelbuk Kecamatan Jember . Monumen Mastrip dibangun untuk mengenang jasa para Tentara Pelajar yang ikut berpartisipasi dalam melawan menjajah. Selain itu sebagai bukti dari sejarah dan mengenalkan generasi sekarang agar mengetahui sejarah perjuangan pahlawan bangsa. Pengetahuan sejarah sangat penting bagi bangsa ini karena dapat memberikan kilasan pengetahuan dan pelajaran hidup di masa depan. Monumen mastrip merupakan salah satu jejak sejarah yang berada Kabupaten Jember. Tentara Republik Indonesia Pelajar atau TRIP yang lebih dikenal dengan sebutan MASTRIP. MASTRIP merupakan gabungan dari MAS dan TRIP . “Mas” merupakan sapaan umum untuk lelaki, kata “MAS” biasanya dipakai kepada yang lebih tua usianya. Sebutan ini cukup populer di Jawa Timur. Sebagai penghormatan dan bentuk rasa segan, sedangkan “TRIP” merupakan sebutan dari tentara pelajar, kemudian masyarakat memanggil mereka dengan sebutan MAS-TRIP dan menjadi populer di kalangan masyarakat. (Kartodirjo, 1975: 72)
jarak dekat.jpg
Figur 2. Monumen Mastrip Jember Sumber: Dokumentasi Pribadi (2022)
Untuk saat ini monumen tugu mastrip menurut Hakim (2013) ada beberapa space dari monumen ini yang patah dan bagian catnya juga sudah banyak yang mengelupas dan warnanya memudar. Tidak bisa dimungkiri, bahwa anak-anak muda jaman sekarang yang abai dan kurang pemahaman tentang sejarah maupun keberadaan monumen-monumen pahlawan di Jember, termasuk Monumen Mastrip. Padahal, monumen ini adalah bukti sejarah perjuangan pahlawan yang rela mati untuk kemerdekaan. Untuk itu Dinas Pariwisata dan sekotor pendidikan harus ikut andil, dengan melakukan kajian atau pembelajaran mengenai Monumen Mastrip. Sehingga generasi penerus bangsa tetap mengetahui sejarah yang ada pada monumen itu. Kebersihan di lingkungan Monumen di rawat oleh warga setempat, selain itu “Bintara Pembina Desa (BABINSA) melakukan kerja bakti dan pemeliharaan yang ada di monumen mastrip setahun dua kali supaya terpelihara dan menjadi bukti sejarah cucu - cucu kita nanti” tutur Khoiruddin salah satu Anggota BABINSA Suko.[ Cuplikan Video Youtube Khoiruddin (2017)]

Filosofi Simbol di Setiap Monumen Mastrip
Setiap monumen Tentara Republik Indonesia Pelajar atau biasa dikenal dengan Monumen MASTRIP memiliki simbol dengan makna filosofis yang dalam. Simbol-simbol ini tidaklah semata-mata tanpa arti yang mendalam. Ada lampu bara api yang menyala untuk menunjukkan semangat juang. Oleh karena itu, individu anggota MASTRIP berusaha memperjuangkan kemerdekaannya selama masa belajar menjadi siswa. Lambang segi lima menunjukkan Pancasila, kelopaknya seperti wadah perjuangan, bahwa mereka adalah anggota tentara Republik Indonesia, ada juga buku yang berarti keilmuan karena mereka juga siswa yang duduk di bangku SMP-SMA. Pena bulu ayam sebagai alat tulis dengan senjata laras panjang sebagai alat perjuangan dan helm baja untuk perlindungan mereka. Artinya semua simbol tersebut memiliki makna. Lambang Tugu Mastrip sama persis dengan lambang baju kehormatan TRIP yang dikenakan pada masa gerilya.[ Syifa, “Dinamika Perjuangan Tentara Republik Indonesia Pelajar dalam Periode Perang Kemerdekaan Indonesia di Jawa Timur Tahun 1946-1949” dalam Wawancara dengan Rahmanto,tanggal 2 Mei 2019]

Monumen tersebut memiliki banyak nilai yang bisa diambil. Terdapat kalimat di bagian bawah area monumen MATRIP. Di dasar tugu MASTRIP terdapat tulisan “Saya akan melanjutkan perjuangan saya sampai akhir zaman”. Slogan kalimat yang terukir di atas marmer ini terinspirasi dari lirik lagu “Sahabatku Pahlawan” ciptaan almarhum Pak Soewandi. (Salsabila,2019)
555de0100423bd53018b4567.jpeg
Figur 3. Monumen Mastrip Sumber: Kompas (2022)
Mastrip: Jalan Umum Masa Kini
Setiap daerah pasti memiliki nama jalan yang unik. Ada sebuah nama jalan di Jember yang sekilas tidak terdengar asing yaitu Jalan Mastrip. Jalan Mastrip masuk dalam wilayah Kecamatan Sumbersari dan terletak di tengah kawasan kampus dan merupakan salah satu jalan yang dikenal masyarakat setempat. Warga Jember yang tinggal di perkotaan atau sering melintas di kawasan tersebut, tentu sudah tidak asing lagi dengan keberadaan Jalan Mastrip. Jalan tersebut bahkan memiliki dua kampus ternama di Jember yakni kampus Politeknik Negeri (Poltek) Jember di sisi utara jalan dan kampus Universitas Jember (Unej) di sisi selatan jalan. Di Bundaran Jalan mastrip sendiri bila ke selatan mengarah ke Jalan Kalimantan, arah utara menuju Jalan Danau Toba, dan arah Timur ke Barat dinamakan Jalan Mastrip.[ Shulhan Kholidi, “Kisah Heroik di Balik Nama Jalan Mastrip” dalam Brilio.Net, 2019]

Penamaan Jalan Mastrip tidak hanya di Jember tapi juga di kota lain seperti Blitar, Surabaya, Bojonegoro, Madiun, Nganjuk, Tuban, Probolinggo, Lamongan dll. Dibalik nama jalan tersebut tersimpan sisa-sisa kenangan sejarah kepahlawanan bangsa Indonesia, Jalan ini dinamakan Jalan Mastrip tidak lain karena untuk mengenang akan pertempuran yang dilakukan oleh pasukan TRIP Batalyon 4000 saat Agresi Militer I tahun 1947 ketika mereka berjuang menghentikan pasukan Belanda saat kembali ke Jember.
89f61308-fce9-411b-b5aa-fdd524c07eb7.jpg
Figur 4. Lalu Lintas Jalan Matrip Sumber: Dokumentasi Pribadi (2022)
Kini Jalan Mastrip menjadi salah satu kawasan cukup ramai dan terkadang sedikit macet. Di Jalan Mastrip akan menemukan banyak kos, kafe, restoran, warung makan, barbershop, lapangan futsal, toko fotokopi, toko pakaian,toko sepatu dan sandal, toko buah, konter HP, Pertamina, Indomaret, Alfamarat, Petshop dan masih banyak lagi yang sangat khas dengan kehidupan mahasiswa. Selain itu terdapat juga Tugu PKK yang menjadi ciri khas Jalan Mastrip, di bundaran tersebut terdapat lambang rambu lalu lintas berwarna biru melingkar yang berarti sebuah perintah wajib mengikuti arah yang ditentukan oleh bundaran dan juga terdapat lambang rambu lintas yang berarti wajib melewati salah satu lajur yang ditunjuk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PLTA Rasak Bungo Sebagai Bangunan Cagar Budaya

Review Perkuliahan Hubungan Arkeologi dengan Ilmu-Ilmu lain